Skincare

Mengenal Chemical, Physical dan Hybrid Sunscreen

Ditulis oleh Ariani Insyirah, S.Farm.
18 Mei 2025 13:13
Thumbnail Mengenal Chemical, Physical dan Hybrid Sunscreen
Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/front-view-smiley-kid-with-sunscreen_33967711.htm#fromView=search&page=1&position=4&uuid=f34645fd-8110-452f-acb0-abe6fd3896dc&query=apply+sunscreen

Kejadian kanker kulit secara global terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kanker kulit dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti paparan sinar matahari yang berulang, perubahan iklim, atau perubahan kebiasaan individu dan sosial1. Sebagian besar kasus kanker kulit yang terjadi disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet (UV). Dikutip dari sejumlah studi, penggunaan sunscreen atau tabir surya diketahui dapat mengurangi risiko kanker kulit melanoma dan non-melanoma2. Indonesia dengan iklim tropis memiliki paparan radiasi sinar UV yang cukup tinggi, terutama pada siang hari3. Oleh karena itu, penggunaan sunscreen sebagai salah satu bentuk proteksi kulit perlu diperhatikan.

Fungsi Sunscreen sebagai Proteksi Kulit

Sunscreen atau tabir surya digunakan untuk menghalangi pengaruh cahaya matahari yang dapat merusak kulit4. Radiasi sinar UV dapat menyebabkan kerusakan pada kulit bahkan menyebabkan kanker kulit sehingga diperlukan fotoproteksi untuk mengurangi kerusakan tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan tabir surya, topi, atau kacamata. Tabir surya digunakan secara topikal, yaitu diaplikasikan langsung pada kulit. Kunci keefektifan tabir surya terletak pada cara penggunaannya yang benar. Tabir surya harus diaplikasikan secara merata di kulit, selama 15 menit sebelum terpapar oleh sinar matahari langsung. Selain itu, tabir surya perlu diaplikasikan kembali tiap 2 jam sekali dan setelah melakukan aktivitas, seperti berkeringat atau berenang5

Bahan Aktif Chemical, Physical, dan Hybrid Sunscreen

Terdapat tiga tipe radiasi sinar UV, yaitu UVA, UVB, dan UVC. Lapisan ozon menyerap sebanyak 100% UVC, 90% UVB, dan sedikit UVA. Namun, penipisan lapisan ozon mengakibatkan transmisi sinar UV meningkat dan kulit terkena paparan radiasi yang lebih tinggi5. Tabir surya memiliki kandungan senyawa kimia (organik) atau fisik (anorganik) yang berfungsi menghalangi radiasi UV. Berdasarkan bahan aktifnya, terdapat chemical, physical, dan hybrid sunscreen yang masing-masing memiliki kandungan bahan aktif berbeda untuk memproteksi kulit. Chemical sunscreen memiliki beberapa kandungan zat aktif, seperti oxybenzone, avobenzone, octocrylene, dan ecamsule yang termasuk ke dalam senyawa aromatik. Senyawa-senyawa tersebut dapat menyerap radiasi sinar UV yang memiliki intensitas tinggi. Sedangkan physical sunscreen mengandung beberapa zat aktif, seperti titanium dioxide dan zinc oxide yang dapat memantulkan radiasi sinar UV dari kulit. Terdapat pula tabir surya yang mengandung gabungan bahan aktif dari keduanya di dalam satu produk, biasa disebut hybrid sunscreen. Hybrid sunscreen bekerja dengan cara menyerap dan memantulkan radiasi sinar UV6.

Hal yang Harus Diperhatikan bagi Pemilik Kulit Sensitif

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan tabir surya, seperti apabila terjadi iritasi yang ditandai dengan rasa perih atau terbakar pada kulit. Meskipun jarang terjadi, bahan aktif yang terkandung di dalam chemical sunscreen diketahui dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi6. Oleh karena itu, mengenal tipe kulit dan efektivitas dari tabir surya yang digunakan sangat penting untuk mencapai fotoproteksi yang tepat bagi kulit5. Pemilik tipe kulit sensitif dapat memilih tabir surya yang memiliki klaim label “untuk kulit sensitif” dan menggunakan physical sunscreen karena memiliki kandungan zat aktif yang relatif lebih lembut pada kulit. Selain itu, dapat melakukan patch test sebelum penggunaan lebih lanjut dengan cara mengaplikasikan sedikit tabir surya di belakang telinga atau di lengan bagian dalam selama 24 jam untuk melihat reaksi kulit. Patch test dapat membantu mengidentifikasi alergen yang diduga sebagai pemicu alergi7.

Artikel direview oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm.

Referensi

  1. Manuputty, A. G., Maitimu, J. A. J., dan Tando, Y. D. 2024. Deteksi Dini Keganasan Kulit dengan Pemeriksaan Kulit Sendiri (SAKURI). Molucca Medica. Vol. 17(2): 105-112.
  2. Guo, L., Hsu, C., dan Lio, Peter. 2024. Sunscreens: What Might the Future Hold? Journal of Integrative Dermatology. Available online at https://www.jintegrativederm.org/article/92544-sunscreens-what-might-the-future-hold [Accessed March 27, 2025]
  3. Firdaus, M. M., Sudarti, dan Yushardi. 2024. Analisis Pencegahan Paparan Radiasi Sinar Ultraviolet oleh Matahari Menggunakan Sunscreen untuk Skin Barrier. Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 8(2): 23321-23329
  4. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2016. Tabir Surya. Available online at https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tabir%20surya. [Accessed March 27, 2025].
  5. Gabros, S., Nessel, T. A., dan Zito, P, M. 2023. Sunscreen and Photoprotection. Available online at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537164/. [Accessed March 28, 2025].
  6. Sander, M., Sander, M., Burbidge, T., dan Beecker, J. 2020. The Efficacy and Safety of Sunscreen Use for the Prevention of Skin Cancer. CMAJ. doi: 10.1503/cmaj.201085.
  7. Garg, V., Brod, B., dan Gaspari, A. 2021. Patch Testing: Uses, Systems, Risk / Benefits, and Its Role in Managing the Patient with Contact Dermatitis. Clinics in Dermatology. Vol. 39(4): 580-590.



Komentar

Belum ada komentar