Obat

Jangan Asal Oles Salep, Begini Cara Mengontrol Eksim!

Ditulis oleh Firda S Pramashela
21 Nov 2025 05:26
Thumbnail Jangan Asal Oles Salep, Begini Cara Mengontrol Eksim!
Sumber: https://hellosehat.com/penyakit-kulit/dermatitis/salep-eksim/

Apa Itu Eksim? 


Eksim, atau dalam istilah medis disebut dermatitis atopik, adalah penyakit kulit kronis yang sering kambuh. Eksim disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Kulit penderita eksim cenderung memiliki lapisan pelindung yang lemah sehingga mudah kehilangan kelembapan dan teriritasi oleh alergen seperti debu atau sabun. Gejalanya berupa kulit kering, gatal, kemerahan, dan kadang muncul luka karena sering digaruk. Penyakit ini dapat dialami  anak-anak maupun orang dewasa.

Eksim bukan sekadar masalah kulit biasa. Jika ditangani asal-asalan, kondisi bisa bertambah parah. Misalnya, pemakaian salep kortikosteroid tanpa aturan bisa menipiskan kulit, memicu infeksi, dan malah memperburuk keluhan (Weidinger & Novak, 2016).

Cara Mengatasi Eksim
Eksim dapat disembuhkan menggunakan 2 cara yaitu, dengan terapi farmakologis (obat-obatan) dan terapi non farmokologis (selain menggunakan obat).

Terapi Obat-Obatan (Farmakologis)

A. Pelembab (emollient/moisturizer)

Ini adalah fondasi utama. Kulit penderita eksim mudah kehilangan air, sehingga perlu rutin diberi pelembab, terutama setelah mandi. Penelitian menunjukkan penggunaan pelembab dapat mengurangi kebutuhan kortikosteroid sampai 50% (Simpson et al., 2014). Namun, hasil ini bervariasi tergantung tingkat keparahan pasien dan jenis pelembab.

B. Salep Kortikosteroid

Perbedaan utama salep dan krim terletak pada kandungan dan teksturnya: salep lebih berminyak (80% minyak, 20% air) dan kental, sementara krim memiliki keseimbangan antara minyak dan air (50% minyak, 50% air) sehingga lebih ringan dan cepat meresap. Salep ideal untuk kulit sangat kering karena melembapkan secara intensif, sedangkan krim cocok untuk area kulit yang lebih luas atau kulit normal-berminyak karena lebih mudah dioleskan dan dicuci (Allen, 2021).

Obat oles ini efektif untuk meredakan peradangan saat eksim kambuh (flare-up). Tapi, penggunaannya harus sesuai anjuran dokter karena ada risiko efek samping jika dipakai berlebihan (Eichenfield et al., 2014).

C. Antihistamin

Obat minum ini terkadang dipakai untuk membantu mengurangi rasa gatal, khususnya jika gatal sampai mengganggu tidur. Namun, tidak selalu direkomendasikan sebagai terapi rutin (Ring et al., 2012).

Terapi Non-Obat (Non-Farmakologis) 

- Mandi singkat dengan air hangat (5–10 menit) menggunakan sabun lembut tanpa pewangi atau sabun non sls.
- Segera oleskan pelembab maksimal 3 menit setelah mandi.
- Hindari pemicu seperti deterjen keras, debu, bulu hewan, keringat berlebihan, atau stres emosional.
- Gunakan pakaian berbahan katun yang menyerap keringat dan nyaman di kulit.
- Kontrol lingkungan dengan menjaga kelembaban rumah, rajin mencuci sprei, dan mengurangi paparan debu rumah tangga (Langan et al., 2017).
- Tidak terbiasa menggaruk bagian yang terasa gatal.
Jika eksim tergolong sedang hingga berat dan tidak membaik dengan obat oles, dokter bisa menyarankan fototerapi (terapi sinar UVB khusus) sebagai pilihan tambahan (Sidbury et al., 2014).

Kapan Harus ke Dokter? 
Segera konsultasi ke dokter bila:
- Gatal sangat hebat sampai mengganggu tidur.
- Kulit bernanah atau ada tanda infeksi.
- Eksim sering kambuh meski sudah rajin pakai pelembab.
- Bingung memilih salep atau obat yang aman.

Kesimpulan 
Eksim memang tidak bisa disembuhkan total, tapi bisa dikontrol dengan perawatan yang benar:
- Rutin menggunakan pelembab.
- Penggunaan obat kortikosteroid hanya sesuai anjuran dokter.
- Terapkan perawatan kulit dan hindari pemicu.
- Segera konsultasi bila gejala memburuk.

👉 Jangan asal membeli salep tanpa arahan dokter atau apoteker. Jika membutuhkan konsultasi Anda dapat langsung menghubungi Tanya Obat karena setiap orang bisa membutuhkan obat yang berbeda sesuai kondisi kulitnya.

📚 Daftar Pustaka 
1. Weidinger S, Novak N. 2016. Atopic dermatitis. Lancet. Vol 2387(10023):1109–22.
2. Simpson EL, Chalmers JR, Hanifin JM, Thomas KS, Cork MJ, McLean WH, et al. 2014. Emollient enhancement of the skin barrier from birth offers effective atopic dermatitis prevention. J Allergy Clin Immunol. Vol 134(4):818–23.
3. Eichenfield LF, Tom WL, Berger TG, Krol A, Paller AS, Schwarzenberger K, et al. 2014. Guidelines of care for the management of atopic dermatitis: Part 2. J Am Acad Dermatol. Vol 2071(1):116–32.
4. Ring J, Alomar A, Bieber T, Deleuran M, Fink-Wagner A, Gelmetti C, et al. 2012. Guidelines for treatment of atopic eczema (atopic dermatitis) Part II. J Eur Acad Dermatol Venereol. Vol 26(9):1176–93.
5. Langan SM, Schmitt J, Williams HC, Thomas KS. What causes flares of eczema? Br J Dermatol. 2017;176(3):565–6.
6. Sidbury R, Davis DM, Cohen DE, Cordoro KM, Berger TG, Bergman JN, et al. Guidelines of care for the management of atopic dermatitis: Part 3. J Am Acad Dermatol. 2014;71(2):327–49.
7. Allen, L.V. (2021). Remington: The Science and Practice of Pharmacy; Rowe, R.C. et al. (2012). Handbook of Pharmaceutical Excipients


Komentar

Belum ada komentar