Kesehatan

Redakan Nyeri Tanpa Minum Obat

Ditulis oleh Ellen Nathania Yunita, S.Farm.
24 Mei 2025 16:31
Thumbnail Redakan Nyeri Tanpa Minum Obat
Sumber: https://usasportstherapy.com/wp-content/uploads/2021/10/understanding-muscle-pains-2048x1448.jpeg

Nyeri merupakan sensasi tidak nyaman pada tubuh yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Tidak hanya pada fisik, nyeri juga dapat mempengaruhi kondisi mental sosial, emosional hingga spiritual penderitanya1. Ambang rasa nyeri pada setiap orang dapat bervariasi, beberapa orang cenderung dapat lebih menoleransi rasa nyeri dibanding sebagian yang lain2. Meskipun menyiksa, nyeri juga menjadi salah satu cara tubuh memberi sinyal akan adanya kerusakan pada jaringan tubuh3

Tentunya setiap orang ingin dengan segera meredakan rasa nyeri yang mengganggu, salah satunya dengan mengkonsumsi obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri atau analgesik yang umum digunakan seperti parasetamol, ibuprofen, aspirin, dan natrium diklofenak sudah tidak asing lagi menjadi pilihan untuk meredakan nyeri. Meski demikian, konsumsi obat pereda nyeri berlebihan dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada organ tubuh seperti kerusakan hati, gangguan pembuluh darah dan jantung, serta pendarahan pada lambung4. Untuk itu, obat pereda nyeri harus digunakan secara cermat dengan dosis dan periode penggunaan yang tepat. Sebagai alternatif, terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk meredakan nyeri ringan sehingga dapat meminimalisir penggunaan pereda nyeri berlebih. 

Kompres Hangat

Kompres hangat dilakukan dengan meletakan kain lembut atau handuk hangat, maupun kantong kompres berisi air hangat pada bagian tubuh yang nyeri. Pengompresan hangat dapat menimbulkan efek pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah. Peningkatan aliran darah pada jaringan tubuh menyebabkan relaksasi otot dan meredakan nyeri. Selain itu, kompres hangat dapat dilakukan pada otot yang kaku5,6

Kompres dingin

Kompres dingin dapat dilakukan dengan meletakkan kantong es (ice pack) pada suhu 13–16oC selama 10–15 menit. Kompres dingin akan memicu penyempitan pembuluh darah sehingga menimbulkan efek kebas atau mati rasa sementara pada kulit akibat penghambatan impuls nyeri menuju otak. Kompres dingin dapat mengurangi pembengkakan dan menyejukkan kulit7. Kompres dingin dapat dilakukan pada kondisi nyeri atau memar yang disertai dengan pembengkakan6

Pijat

Pijat telah lama menjadi terapi alternatif dalam meredakan nyeri khususnya pada otot dan sendi. Efek relaksasi yang timbul dari pijatan dapat mengurangi rasa nyeri dengan meningkatkan hormon endorfin. Endorfin merupakan hormon yang berperan sebagai pereda nyeri, menurunkan stress, dan perasaan bugar8,9. Maka tak heran setelah dipijat, nyeri pada tubuh berkurang, tubuh terasa lebih bugar, dan rileks. 

Peregangan 

Posisi kerja yang tidak ergonomis dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan nyeri punggung dan leher. Hal ini dapat dihindari dengan melakukan peregangan di sela-sela aktivitas. Peregangan secara rutin dapat meningkatkan kelenturan otot dan mengurangi rasa nyeri dan risiko cedera10. Peregangan dapat dilakukan tiap 1 jam selama 5–10 menit dengan berdiri, berjalan dan merentangkan tangan dan kaki11

Olahraga Rutin

Olahraga tidak hanya menurunkan persepsi nyeri namun juga dapat meningkatkan mood serta menurunkan stress dan depresi yang umumnya dirasakan pasien dengan nyeri kronik. Dikutip dari berbagai studi, olahraga secara rutin diketahui dapat menurunkan rasa nyeri pada kondisi nyeri punggung belakang, osteoarthritis, dan nyeri otot12. Olahraga rutin meningkatkan ambang rasa nyeri dengan menghambat pengiriman impuls nyeri, hal ini menyebabkan peningkatan toleransi nyeri13

Konsumsi Herbal

Konsumsi herbal masih menjadi alternatif populer untuk mengatasi nyeri bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi herbal dianggap memiliki efek samping lebih minimal bagi tubuh, memerlukan biaya lebih rendah, dan mudah ditemukan dibanding obat kimia. Tanaman herbal mengandung senyawa yang dapat menimbulkan efek pereda nyeri seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, dan tanin. Beberapa herbal yang dapat dimanfaatkan dalam meredakan nyeri diantaranya adalah jahe, kunyit, mahkota dewa, daun kelor, buah pare, dan daun thyme14,15,16.

Pereda Nyeri Topikal/Oles

Pereda nyeri topikal menjadi pilihan populer dalam mengatasi nyeri otot. Berbeda dengan obat oral, pereda nyeri topikal memberi efek langsung pada bagian yang nyeri. Penggunaan pereda nyeri topikal dapat menghindari kemungkinan efek samping dari konsumsi pereda nyeri oral seperti nyeri lambung serta gangguan ginjal dan hati pada jangka panjang. Pereda nyeri topikal dapat ditemukan dalam bentuk krim, koyo, maupun balsam. Kandungan pereda nyeri yang umumnya terdapat dalam pereda nyeri topikal adalah natrium diklofenak, menthol, metil salisilat, dan capsaicin17

Artikel direview oleh Apt. Raspati Dewi Mulyaningsih, S.Farm.

Referensi

  1. Crawford C, Boyd C, Paat CF, Price A, Xenakis L, Yang E, Zhang W. (2016). Evidence for Massage Therapy (EMT) Working Group. The Impact of Massage Therapy on Function in Pain Populations-A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials: Part I, Patients Experiencing Pain in the General Population. Pain Med. Vol. 1;17(7):1353-1375. doi: 10.1093/pm/pnw099. 
  2. NCCIH. (2022). Acute Pain Tolerance Is More Consistent Over Time in Women Than Men, According to New Research. Tersedia daring pada: https://www.nccih.nih.gov/research/research-results/acute-pain-tolerance-is-more-consistent-over-time-in-women-than-men-according-to-new-research [Diakses 13 Apr. 2025].
  3. Andarmoro, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  4. Oxford Population Health (2025). New study provides clarification about the risks of prolonged use of NSAIDs — Clinical Trial Service Unit & Epidemiological Studies Unit (CTSU). Tersedia daring pada: https://www.ctsu.ox.ac.uk/research/cnt/new-study-provides-clarification-about-the-risks-of-prolonged-use-of-nsaids [Diakses 13 Apr. 2025].
  5. Hannan, M., Suprayitno, E., & Yuliyana, H. (2019). Pengaruh terapi kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi osteoarthritis pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Pandian Sumenep. Wiraraja Medika: Jurnal Kesehatan, 9(1), 1-10. 
  6. John Hopkins Medicine (2022). Ice Packs vs. Warm Compresses For Pain. Tersedia daring pada:https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/ice-packs-vs-warm-compresses-for-pain.
  7. ‌Panjaitan, E. A., Idriani, & Sulaeman, S. (2020). Pengaruh Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Normal Kala I Fase Aktif Di Rsud Koja Jakarta Utara. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEedisina AKPER YPIB Majalengka, VI, 1–14.
  8. Watson, S. (2021). Endorphins: The brain’s natural pain reliever - Harvard Health. Tersedia daring pada:https://www.health.harvard.edu/mind-and-mood/endorphins-the-brains-natural-pain-reliever [Diakses 13 Apr. 2025].
  9. ‌Marlena, Feny dan Rita Juniarti. 2019. Pengaruh Pijat (Massage) Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Rematik Pada Lansia Di Desa Kertapati Puskesmas Dusun Curup Bengkulu Utara. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu. Volume 07, Nomor 02
  10. Budi Aswin, et al. (2023). Pengaruh Pemberian Gerakan Peregangan Terhadap Kejadian Low Back Pain (Lbp) Pada Pengrajin Batik. Jurnal Ilmu Kesehatan, vol. 11, no. 2, 17 June 2023, pp. 64–64, https://doi.org/10.32831/jik.v11i2.546. 
  11. ‌CCOHS, (2025). Office Ergonomics - Stretching - At the Workstation. Tersedia daring pada: https://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/office/stretching.html [Diakses 13 Apr. 2025].
  12. Bement MKH & Sluka KA (2016). Exercise‐induced analgesia: an evidence‐based review In Mechanisms and Management of Pain for the Physical Therapist, 2nd edn, ed. Sluka KA, Ch. 10. pp. 177–201. Wolters Kuwer, IASP Press, Seattle.
  13. ‌Lima, L.V., Abner, T.S.S. and Sluka, K.A. (2017). Does exercise increase or decrease pain? Central mechanisms underlying these two phenomena. The Journal of Physiology. Vol. 595(13), pp.4141–4150. doi:https://doi.org/10.1113/jp273355.
  14. Fauzan, M. R., & Zuhrotun, A. (2019). Review Artikel: Beberapa Tanaman yang Memiliki Aktivitas Analgesik Secara In Vivo. Farmaka, 17(1), 123-133.
  15. Jahromi B, Pirvulescu I, Candido KD, Knezevic NN. Herbal Medicine for Pain Management: Efficacy and Drug Interactions. Pharmaceutics. 2021 Feb 11;13(2):251. doi: 10.3390/pharmaceutics13020251. 
  16. Lestari, D. A. D. (2019). Uji Efek Analgesik Infus Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada Mencit Jantan. Acta Holistica Pharmaciana, 1(2), 27-33.
  17. Nudo, S., Jimenez‐Garcia, J.A. and Dover, G. (2023). Efficacy of topical versus oral analgesic medication compared to a placebo in injured athletes: A systematic review with meta‐analysis. Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports. Vol. 33(10), pp.1884–1900. doi:https://doi.org/10.1111/sms.14418.



Komentar

Belum ada komentar